Waikabubak, 29|03|2022. Kualitas kesehatan remaja menjadi kunci dalam mencegah stunting. Stunting, issue seksi yang menimbulkan perdebatan banyak pihak. Saat ini, hampir disemua Kota/Kabupaten dan Desa sedang memikirkan bagaimana cara memutuskan mata rantai Stunting. Apakah cukup hanya dengan sosialisasi? Atau hanya dengan intervensi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada anak dan ibu Hamil?.
Stunting permasalahan yang tidak bisa selesai dengan satu cara, melainkan harus diselesaikan dari segala tingkatan, terutama dengan meningkatkan kualitas remaja putri yang kelak akan melahirkan generasi selanjutnya. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita karena kekurangan gizi kronis pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Hal ini salah satunya disebabkan oleh kualitas kesehatan anak-anak dan remaja yang kurang mendapatkan asupan gizi seimbang dan remaja putri yang mengalami anemia karena kekurangan zat besi. Untuk pencegahan masalah gizi pada anak usia remaja bisa dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan rutin pada satuan pendidikan, menjaga pola hidup sehat dan makan makanan bergizi seimbang. Upaya pencegahan ini, menggunakan pendekatan institusi, keluarga dan komunitas,
Pendekatan institusi, dengan mendekatkan akses pelayanan. Perkumpulan Stimulant Institute (PSI) mitra Save the Children melalui Program Pengembangan Remaja (AD), bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) dan Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Dinas PKO) telah menyepakati program kerja sama teknis untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta didik pada satuan pendidikan dan komunitas. Kepala Dinas Kesehatan, drg. Bonar B. Sinaga, M.Kes menyampaikan terima kasih kepada Sponsorship yang telah memberikan perhatian pada kesehatan remaja. Melalui Sponsorship, Stimulant telah memikirkan dan mendesain program untuk menjangkau remaja, selain itu intervensi ini dapat memutuskan mata rantai stunting. Tanggung jawab kami pemerintah daerah, namun disupport oleh Stimulant. Saya selaku Kepala Dinas, akan memberikan penegasan dan membangun komitmen bersama kepala Puskesmas untuk melakukan pelayanan kesehatan rutin pada 11 sekolah intervensi. Memperkuat pernyataan Kepala Dinas Kesehatan, Frederika A. Supusepa selaku Sekretaris Dinkes mempertegas bahwa technical agreement yang telah ditandatangani tidak hanya menjadi dokumen pengikat tetapi benar-benar dijalankan sesuai peran dan tanggungjawab masing-masing lembaga. Tugas pokok dan fungsi Dinkes salah satunya memberikan pelayanan kesehatan rutin kepada satuan pendidikan. Perlu adanya dukungan berupa surat penegasan yang diberikan oleh Dinkes kepada Puskesmas untuk mewujudkan hal tersebut tegas Arie.

Ditempat yang sama, Arfiny Ghosyasi koordinator program AD menyatakan bahwa Sponsorship siap mendukung Dinkes dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta didik. Tahun 2022, kami akan menjangkau 11 sekolah menengah pertama (SMP), dan memastikan bahwa pemeriksaan kesehatan peserta didik rutin dilakukan. Upaya yang kami dilakukan ini untuk memastikan kondisi kesehatan peserta didik yang dapat berkontribusi pada kesiapan belajar dan penurunan stunting di masa mendatang, tegas Arfiny.
Penandatanganan technical agreement antara Dinkes dan Stimulant (21/3), ditindaklanjuti dengan membangun komitmen bersama antara Dinas PKO, kepala Puskesmas dan 11 sekolah intervensi Sponsorship. Bertempat di SD Tabulo Dara (29/3), Plh Dinas PKO Dominggus S. B. Mesa, S.S, memberikan sambutan tegas bahwa saat masih ada kasus kehamilan yang tidak diinginkan dan ini terjadi di satuan pendidikan. Hal ini memberikan peringatan perlu adanya tindakan dan upaya untuk mencegah terjadinya kasus serupa. Program yang menyesar langsung ke remaja memberikan dampak baik bagi masa depan remaja, ujar Domi. Pentingnya kesehatan reproduksi disampaikan ke remaja, sehingga di satuan pendidikan diterapkan Kurikulum Terpadu Peduli Remaja (KTPR). Diharapkan kolaborasi antara Dinkes, Dinas PKO dan Stimulant mampu memberikan akses, informasi dan layanan kesehatan terhadap remaja khususnya peserta didik di sekolah kata Domi diakhir sambutannya.
Menambah pernyataan Plh Dinas PKO, Sekretaris Dinkes menyampaikan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk pencegahan stunting melalui pendekatan sekolah. Dan, remaja khususnya remaja putri menjadi target. Penanganan stunting tidak hanya dapat dicegah melalui intervensi kepada ibu dan bayi tetapi dicegah sejak usia remaja, tegas Arie. Dinkes menegaskan perlu adanya perhatian khusus kepada remaja dalam hal ini melalui kegiatan pelayanan kesehatan rutin di satuan pendidikan.
Penyataan dukungan disampaikan oleh Kepala Bidang SMP Dinas PKO, Weingu Bora, S.Pd dengan memberikan pernyataan bahwa Dinas PKO akan berkoordinasi dengan sekolah intervensi untuk jadwal pelayanan dan pemeriksaan kesehatan bagi peserta didik. Support yang diberikan Stimulant dapat memperkuat kegiatan program UKS di satuan Pendidikan, oleh karena itu Sekolah harus menyiapkan waktu untuk menerima kedatangan tim Puskesmas, tegas Weingu.
Dinamika diskusi kedua instansi telah menghasilkan kesepakatan, antara lain; 1) Puskesmas wajib melaksanakan kegiatan UKS dan PKPR setiap bulan pada satuan pendidikan, 2) Puskesmas membuat jadwal bersama lembaga satuan pendidikan untuk melaksanakan pelayanan kesehatan UKS dan PKPR di sekolah-sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas, dan 3) Puskesmas wajib melaporkan hasil kegiatan yang dilaksanakan pada satuan pendidikan kepada Dinas Kesehatan. Kesepakatan ini, dilanjutkan dengan penandatanganan lembar kesepakatan ‘Pelayanan dan Pemeriksaan Kesehatan Rutin Peserta Didik pada Satuan Pendidikan’ antara Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
Kepala Puskesmas Lahihuruk, Anderias Maulorung mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat karena merupakan momentum yang menghadirkan dua lembaga yakni Dinas kesehatan dan Dinas PKO untuk mensinergikan program dalam mendukung pelayanan kesehatan yang tepat kepada Peserta didik pada satuan pendidikan. Kami tim Puskesmas Lahihuruk siap berkomitmen menjalankan program yang telah disepakati bersama. Ini merupakan tusi kami, namun perlu disampaikan bahwa tantangan terberat kami adalah mutasi staf, sehingga mempengaruhi pelaksanaan program, ungkap Anderias saat menutup perbincangan. Pernyataan lainnya diucapkan oleh Yunus Dangu, Kepala Puskesmas Malata. Upaya menekan angka stunting di Kabupaten Sumba Barat, harus dimulai dari usia remaja. Momen perdana dan baik telah dilakukan oleh Stimulant dengan mempertemukan kedua institusi, Pendidikan dan Kesehatan. Kami berharap, kegiatan seperti ini dilanjutkan karena menangani Stunting butuh keterlibatan banyak pihak, tidak saja Dinas teknis, tutur Yunus. (Red, PSI)