www.sumbabaratkab.go.id Waikabubak, 16 Mei 2023. Kekerasan terhadap perempuan dan anak disebabkan oleh berbagai masalah antara lain, masalah ekonomi dan rendahnya literasi tentang gender. Anak menjadi penerima dampak dari kekerasan yang dilakukan orang dewasa. Keluarga yang semestinya menjadi tempat tumbuh kembang yang menjamin keamanan dan kenyamanan anak, namun justru sebaliknya. Oleh sebab itu, penting untuk memberi edukasi tentang gender kepada semua pihak, termasuk keluarga sebagai kelompok komjnitas terkecil. Untuk memastikan keamanan dan kenyamanan anak, penting membangun komunikasi dan bonding bersama anak. Salah satunya berbagi informasi tentang sistem reproduksi. Hal ini akan membantu anak laki – laki dan perempuan untuk terhindar dari faktor berisiko yang membahayakan kesehatan dan kesejahteraan dimasa mendatang.
Untuk mendukung hal ini Dinas Pengendalian Penduduk Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP5A) Sumba Barat menyelenggarakan Sosialisasi Sistem Reproduksi pada Anak dan Remaja (16/5). Sosialisasi bertujuan untuk mengedukasi anak tentang keseluruhan anggota tubuh dan fungsinya agar terhindar dari perilaku berisiko yang menyebabkan penyakit dan kecacatan pada organ reproduksi. Kegiatan ini melibatkan 30 remaja perwakilan dari SMP dan SMA di Kabupaten Sumba Barat, yang difasilitasi oleh dr. Andre Sugiarto, S.POG dan Stimulant Institute mitra Save the Children melalui program Adolescent Development (AD) diwakili oleh Margaretha R. Yeni Djelalu dan Serly Gadi Rara.
Kepala Dinas P5A Samuel Kali Kulla (L) dalam sambutannya menghimbau kepada para remaja untuk belajar menghargai anggota tubuh dengan menjaga dan memastikan area yang boleh dan tidak boleh disentuh orang. “organ reproduksi, bukan hal yang tabu untuk dibicarakan. Belajar sistem reproduksi, membantu kita mengenal diri kita dan orang lain. Di komunitas, kita sering menyebutkan organ reproduksi dengan bahasa local, misalnya ‘ana wowo’ pada laki-laki dan ‘kokis’ pada anak perempuan. Penyebutan ‘lokal’ tanpa disertai penjelasan, dapat menanamkan di pikiran anak bahwa organ tersebut bisa disentuh, dibelai ataupun dimakan. Penting diingat bahwa ada area tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh. Mengenal diri anda, membantu terhindar dari kasus pelecehan ataupun kekerasan seksual yang terjadi disekitar kita” tutur Sam.
Lebih lanjut, ditegaskan bahwa DP5A tidak akan mampu menciptakan Sumba Barat yang aman bagi anak dan remaja, tanpa dukungan dan sinergi dari seluruh pihak. “Kami mengajak seluruh pihak untuk bersinergi membuka akses seluas-luasnya bagi anak untuk mendapatkan informasi gender dan perlindungan anak. Kita semua mampu untuk menciptakan ruang aman bagi anak, tinggal bagaimana memaksimalkan peran dan tanggungjawab. Wajah anak dan remaja saat ini, adalah wajah Sumba dimasa mendatang”, tegasnya.
Hadirnya dr. Ando, begitu sering disapa, menjelaskan bahwa perilaku berisiko dapat menjerumuskan remaja pada bahaya kesehatan dan kesejahteraannya dimasa mendatang oleh sebab itu, anak harus belajar mengenali diri, mampu mengatur waktu beraktivitas dan belajar serta memiliki komitmen untuk meraih masa depannya. “Kalau belum siap, jangan ambil risiko” tegas Ando. Pernyataan akhir menjadi pengingat bagi kita semua untuk mengamankan anak melalui edukasi Kesehatan reproduksi.
Sementara itu, Stimulant Institute mengambil peran mengedukasi remaja terkait perannya dalam pembangunan. Ditekankan oleh narasumber bahwa saat ini 43% dari total penduduk di Sumba Barat merupakan usia anak. Persentase ini menggambarkan bahwa kelompok anak hampir sebanding dengan kelompok orang dewasa, oleh karenanya mereka perlu diberi ruang dalam perencanaan. “partisipasi anak dalam pembangunan merupakan hak dan prinsip dasar perlindungan anak. Partisipasi anak untuk memunculkan rasa memiliki terhadap pembangunan. Agar dapat memainkan perannya, anak harus sehat dan berkualitas” ujar Serly.
Diskusi bersama peserta, Yeni menggunakan analogi bermain bola. Saat ditanya kepada peserta lebih suka menonton bola atau ikut bermain, dijawab serentak oleh remaja “ikut main, karena seru dan bisa membantu tim untuk menang”. Kaitannya dengan pembangunan, jauh lebih baik berkontribusi untuk kepentingan banyak orang dibanding menunggu untuk dibantu. Oleh sebab itu, penting bagi kita mengedukasi Kesehatan reproduksi kepada anak-anak sehingga mereka bisa mengenali diri dan potensi, mengatur waktu bersosialisasi dan belajar serta menghindari faktor-faktor berisiko. Semua ini bisa dicapai jika ada kerjasama dari semua pihak, termasuk orangtua. (PSI)